RSS Feed

  • Twitter
  • Digg
  • Stumble

Senin, Mei 24, 2010

Film-film minggu ini

Wah...minggu ini banyak film-film blockbuster yang tayang di bioskop...
hhmmm, kebetulan minggu ini ada weekend panjang, jadi bisa dimanfaatkan untuk nonton di bioskop kan...so please enjoy it...

Mau nonton yang mana nih......

1. Robin Hood



Film ini dibintangi oleh Russel Crowe dan Cate Blanchett. Sudah tayang di bioskop.

2. Shrek Forever After



This is one of my favourite cartoon movies...:)

3. Prince of Persia: The Sands of Time



Dibintangi olehh Jake Gyllenhaal, diangkat dari video game terkenal dengan judul yang sama. Baru tayang tanggal 27 Mei nanti...pas momennya dengan libur panjang akhir pekan ini kan? :D

4. Daybreakers



5. Kites



Film ini dibintangi Hrithik Roshan (one of handsome man in Bollywood)

Nggak ada salahnya nonton film di luar genre Hollywood...:p

Read More ..

Kamis, Mei 06, 2010

Andaikan Saya Jadi Bu Sri Mulyani...


Andaikan saya jadi bu Sri Mulyani, saya akan menggunakan seluruh ilmu dan pengalaman yang saya miliki untuk kemajuan bangsa Indonesia ini. Tak peduli apa pun tanggapan orang lain, selama yang saya lakukan benar dan bukan untuk kepentingan pribadi, maka akan tetap saya lakukan.

Tetap tegar berdiri dan tersenyum di tengah cobaan yang menghadang, walaupun cercaan, hujatan atau makian datang dari bangsa yang saya cintai. Saya hanyalah manusia biasa yang tak sempurna, tapi saya akan selalu memberikan lebih daripada yang diminta. Tapi ketika hasil kerja keras yang saya lakukan tetap tidak dihargai oleh bangsa ini, lalu apa yang saya harus lakukan? Apakah saya harus menjadi pesakitan di negara yang saya cintai ini, menyia-nyiakan kemampuan saya hanya untuk memuaskan orang-orang serakah dan "haus" kekuasaan?

Ketika ada tawaran lain yang datang sebagai wujud apresiasi atau penghargaan atas apa yang saya lakukan di negara ini, apakah harus ditolak karena mengatasnamakan nasionalisme? Lalu dimanakah nasionalisme mereka yang mengaku terhormat tapi hanya menjadi penjarah di negerinya sendiri?


Ah...saya cuma berandai-andai kalau saya menjadi bu Ani. Secara pribadi saya sedih kalau menteri keuangan terbaik Asia tahun 2006 menurut Emerging Markets ini harus melepas jabatannya yang sudah 5 tahun ini diamanatkan pada beliau. Tak ada yang seperti beliau. Seseorang yang berani dalam mengambil keputusan dan tak gampang di"setir" oleh pihak manapun. Karena sifat itulah yang mungkin membuat beliau tidak disukai pihak tertentu.

Mungkin memang ada sedikit rasa subyektif dalam penilaian saya. Bagi saya beliau adalah seorang wanita cerdas dan tangguh. Tapi bukan berarti hal itu yang dominan dalam penilaian saya terhadap beliau. kinerja dan hasil kerjanya lah yang semakin membuat saya terkagum-kagum dengan beliau. Profesional dan memiliki integritas dalam pekerjaannya. Walaupun banyak yang menghujat dan mencaci beliau karena kasus Century, saya percaya pasti beliau sudah memiliki pertimbangan ketika memutuskan memberikan bailout pada bank Century tersebut. Yang jelas Indonesia tidak terpuruk di jurang krisis ekonomi, kalaupun ada cacat dalam pengambilan keputusan tersebut, toh tetap manusia biasa yang bisa salah dalam perhitungan.

Beliau lah yang membawa perubahan dalam kementrian yang dipimpinnya. Reformasi Birokrasi namanya. Hingga saat ini pun proses reformasi Birokrasi itu terus bergulir terutama di Ditjen Pajak. DJP emiliki moto PASTI yaitu Profesional, Inovasi, Team Work dan Integrity (Integritas) sebagai landasan dalam bekerja. Ketika masyarakat mulai mengapresiasi perubahan ini justru muncul batu sandungan bernama "gayus". Lalu secara menghebohkan bak infotainment para stasiun tv berita membuat berita yang memihak dan menggiring opini masyarakat ke arah yang negatif. Hasilnya? masyarakat jadi berpikir kalau semua pegawai pajak adalah koruptor. Menggeneralisir bahwa semuanya sama seperti gayus. Hahaha...lucu sekali (tertawa miris) kalau masih ada yang berpikiran picik seperti itu. Bagaimana kalau ada dokter yang malpraktik, apakah langsung membuat kesimpulan kalau semua dokter yang ada di Indonesia ini payah? Nggak kan? Sekali lagi bu Ani menjadi sorotan akibat kasus "Gayus".

menjadi manusia yang cerdas, profesional dan jujur mungkin sudah tidak memiliki tempat di negeri ini, negara ini cuma jadi "sapi perah" bagi pihak tertentu, cuma bisa NATO alias No Action Talk Only. Bu Sri Mulyani menjadi contoh setelah dulu Pak Habibie yang cerdas pun tak diberi apresiasi yang layak di sini. Sampai kapan kita jadi bangsa terpuruk dan tak bisa maju? Mungkin negara tetangga tertawa-tawa melihat kelakuan bangsa ini. kita bisa jadi bangsa yang besar tapi ketika kita cuma bisa berkubang dalam satu masalah, berdebat tanpa ada solusi itu cuma membuang waktu dan tenaga. Kesadaran dalam diri sendiri yang penting.

saya tak mengenal beliau, tapi sempat mendengarkan beliau berpidato ketika menyambut para calon CPNS hasil rekruitmen tahun 2008 di Depkeu pada Januari 2009 silam di Gedung Dhanapala Depkeu. Berkali-kali Beliau menyampaikan rasa bangganya atas kehadiran para calon CPNS.Perasaan bangga seorang Ibu yang menjunjung tinggi integritas. Beliau yang mengatakan “Siapapun Anda, yang merasa ada di sini karena titipan, lebih baik anda keluar sekarang..!!!” lalu beliau yang menitipkan loyalitas, integritas, kompetensi dan dedikasi yang tanpa cacat di pundak masing-masing, dan pesannya untuk “beri lebih dari apa yang diminta” yang menjadi mottonya dalam bekerja.

Beliau lah wajah Srikandi. Tanpa beliau mungkin menjadi kehilangan yang besar bagi negeri ini tapi negeri ini perlu diberi sedikit "pelajaran" agar tersadar dan jangan sampai kita cuma tergantung pada pemimpinnya saja, semoga kelak akan ada pemimpin yang bisa membawa perubahan.

Sebagai tambahan nih, berikut ini adalah kutipan dari pidato yang beliau sampaikan pada saat memberikan Kuliah Umum di Ritz Carlton Pacific Place, Selasa malam, 18 Mei 2010...

.........Dan di dalam bahwa dimana sistem politik tidak menghendaki lagi atau dalam hal ini tidak memungkinkan etika publik itu bisa dimnculkan, maka untuk orang seperti saya akan menjadi sangat tidak mungkin untuk eksis. Karena pada saat saya menerima tangungjawab untuk menjadi pejabat publik, saya sudah berjanji kepada diri saya sendiri, saya tidak ingin menjadi orang yang akan menghianati dengan berbuat corrupt. Saya tidak mengatakan itu gampang. Sangat painful. Sungguh painful sekali. Dan saya tidak mengatakan bahwa saya tidak pernah mengucurkan atau meneteskan airmata untuk menegakkan prinsip itu. Karena ironinya begitu besar. Sangat besar. Anda memegang kekuasaan begitu besar. Anda bisa, anda mampu, anda bahkan boleh, bahkan diharapkan untuk meng abuse nya oleh sekelompok yang sebetulnya menginginkan itu terjadi agar nyaman dan anda tidak mau............

.....Mungkin saya akan mengatakan bahwa pada bagian akhir kuliah saya ini atau cerita saya ini saya ingin menyampaikan kepada semua kawan-kawan disini. Saya bukan dari partai politik, saya bukan politisi, tapi tidak berarti saya tidak tahu politik. Selama lebih dari 5 tahun saya tahu persis bagaimana proses politik terjadi. Kita punya perasaan yang bergumul atau bergelora atau resah. Keresahan itu memuncak pada saat kita menghadapi realita jangan-jangan banyak orang yang ingin berbuat baik merasa frustasi. Atau mungkin saya akan less dramatic. Banyak orang-orang yang harus dipaksa untuk berkompromi dan sering kita menghibur diri dengan mengatakan kompromi ini perlu untuk kepentingan yang lebih besar. Sebetulnya cerita itu bukan cerita baru, karena saya tahu betul pergumulan para teknokrat jaman Pak Harto, untuk memutuskan stay atau out adalah pada dilema, apakah dengan stay saya bisa membuat kebijakan publik yang lebih baik sehingga menyelamatkan suatu kerusakan yang lebih besar. Atau anda out dan anda disitu akan punya kans untuk berbuat atau tidak, paling tidak resiko getting associated with menjadi less. Personal gain, public loss. If you are stay, dan itu yang saya rasakan 5 tahun, you suddenly feel that everybody is your enemy.............

.............. Sungguh berat, dan saya ditanya atau berkali-kali di banyak forum untuk ditanya, kenapa ibu pergi? Bagaimana reformasi, kan yang dikerjakan semua penting. Apakah ibu tidak melihat Indonesia sebagai tempat untuk pengabdian yang lebih penting dibandingkan bank dunia.
Seolah-olah sepertinya negara ini menjadi tanggungjawab Sri Mulyani. Dan saya keberatan. Dan saya ingin sampaikan di forum ini karena anda juga bertanggungjawab kalau bertama hal yang sama ke saya. Anda semua bertanggungjawab sama seperti saya. Mencintai republik ini dengan banyak sekali pengorbanan sampai saya harus menyampaikan kepada jajaran pajak, jajaran bea cukai, jajaran perbendaharaan, "Jangan pernah putus asa mencintai republik." Saya tahu, sungguh sulit mengurusnya pada masa-masa transisi yang sangat pelik.
Kecintaan itu paling tidak akan terus memelihara suara hati kita. Dan bahkan menjaga etika kita di dalam betindak dan berbuat serta membuat keputusan. Dan saya ingin membagi kepada teman-teman disini, karena terlalu banyak di media seolah-olah ditunjukkan yang terjadi dari aparat di kementrian keuangan yang sudah direformasi masih terjadi kasus seperti Gayus.

Saya ingin memberikan testimoni bahwa banyak sekali aparat yang betul-betul genuinly adalah orang-orang yang dedicated. Mereka yang cinta republik sama seperti anda. Mereka juga kritis, mereka punya nurani, mereka punya harga diri. Dia bekerja pada masing-masing unit, mungkin mereka tidak bersuara karena mereka adalah bagian dari birokrat yang tidak boleh bersuara banyak tapi harus bekerja.
Sebagian kecil adalah kelompok rakus, dan dengan kekuasaan sangat senang untuk meng abuse. Tapi saya katakan sebagian besar adalah orang-orang baik dan terhormat. Saya ingin tolong dibantu, berilah ruang untuk orang-orang ini untuk dikenali oleh anda juga dan oleh masyarakat. Sehingga landscape negara ini tidak hanya didominasi oleh cerita, oleh tokoh, apalagi dipublikasi dengan seolah-oalh menggambarkan bahwa seluruh sistem ini adalah buruk dan runtuh. Selama seminggu ini saya terus melakukan pertemuan dan sekaligus perpisahan dengan jajaran di kementrian keuangan dan saya bisa memberikan, sekali lagi, testimoni bahwa perasaan mereka untuk membuktikan bahwa reform bisa jalan ada disana. Bantu mereka untuk tetap menjaga api itu. Dan jangan kemudian anda disini bicara dengan saya, ya bisa diselamatkan kalau sri mulyani tetap menjadi Menteri keuangan. Saya rasa tidak juga.

.........Dan untuk itu, saya hanya ingin mengatakan sebagai penutup, sebagian dari anda mengatakan apakah Sri mulyani kalah, apakah sri mulyani lari? Dan saya yakin banyak yang menyesalkan keputusan saya. Banyak yang menganggap itu adalah suatu loss atau kehilangan. Diantara anda semua yang ada disini, saya ingin mengatakan bahwa saya menang. Saya berhasil. Kemenangan dan keberhasilan saya definisikan menurut saya karena tidak didikte oleh siapapun termasuk mereka yang menginginkan saya tidak disini. (applause)
Saya merasa berhasil dan saya merasa menang karena definisi saya adalah tiga. Selama saya tidak menghianati kebenaran, selama saya tidak mengingkari nurani saya, dan selama saya masih bisa menjaga martabat dan harga diri saya, maka disitu saya menang. Terimakasih.............


Jika disimak baik-baik potongan pidato beliau di atas, tentu siapa yang tak meragukan kapabilitasnya sebagai seorang pejabat publik sekaligus seorang individu yang cerdas, berpendirian kuat dan tegas.

Itulah alasan mengapa pada perpisahannya 20 Mei 2010 ini ada 1000 mawar untuk Sri Mulyani. Ada kecintaan dan rasa hormat pada sosok beliau dari para bawahannya. Tapi berkali-kali beliau juga berpesan agar tetap menjalankan tugas, bekerja dan melanjutkan reformasi birokrasi walaupun tanpa beliau. Memang seharusnya seperti itu. Beliau meletakkan pondasi yang kokoh dan selayaknya untuk terus dipelihara dan dibangun.

Semoga sukses di kancah Internasional bu...tetaplah berikan yang terbaik bagi negeri yang kita cintai ini dimanapun anda berada....:)


Read More ..